Malam itu udara terayun-ayun oleh angin yang mabuk sebotol arak oplosan
Menabrak kulit siapa saja yang terpapar malam
Pak tua yang sesiang tadi menengadahkan tangan menangkisnya dengan selembar
koran
Di kursi tunggu terminal ia menekuk lutut
Giginya gemelutuk menahan amarah
Tuhannya lebih dekat dari nadi
Tapi belati musuh di nadinya lebih terasa
Pak tua mendesis, mengusir musuh yang tiada gentar, si lapar
Pak tua menggerangkan permohonan, tiada yang datang
Di sisa tenaganya dicengkeramnya lapar
Hendak di lempar sejauh ajal
Nyatanya lapar lebih pintar
Ajal memeluknya untuk memuja lapar
Flash kamera tiada henti menontoninya
Mencerca tubuh kaku Pak tua dengan semua tanya
Satelit tertawa oleh kenyangnya parodi
Tikus-tikus listrik tergenjet tiada henti
Tubuh kaku Pak tua terbaring di ruang putih
Dikelilingi orang-orang berjubah putih
Diburaikan demi gelar-gelar dan paten-paten yang tak pernah ia dengar
Tuhannya lebih dekat dari nadi
Sedang nadi Pak Tua sudah tak berdenyut lagi
Tikus-tikus listrik itu masih tergencet tiada henti
Jember, 29 November 2015
Mengingat pengemis tua yang mati kedinginan dan kelaparan di terminal
tawang alun Jember tanpa identitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar